• MADRASAH TSANAWIYAH MASYARIQUL ANWAR CARINGIN
  • Beriman, Bertakwa, Berilmu & Berakhlak Mulia

Sekilas Sejarah MTs Masyariqul Anwar Caringin

Awal mula munculnya ide pendidikan yaitu ketika Syekh Asnawi melihat sistem politik Devide Et Impera (Adu domba), dengan membeda-bedakan status sosial masyarakat bangsa Indonesia yang telah diterapkan oleh pemerintah Belanda, yang menjadikan terjadinya pendiskriminasian sehingga masyarakat pribumi (rakyat jelata), tidak bisa menikmati fasilitas pendidikan. Pada waktu itu memang sudah dibangun lembaga pendidikan yang dibangun dan disokong oleh pemerintah Hindi Belanda, namun itu untuk kepentingan mereka. Sekolah yang didirikan oleh pemerintah Belanda hanya dapat masuk para putra pejabat dan para bangsawan sedangkan rakyat biasa tidak bisa masuk kesekolah tersebut. Dari situlah awal mula Syekh Asnawi mempunyai ide untuk membangun sebuah lembaga pendidikan yang dapat menaungi dan mengintegrasikan antara ilmu-ilmu keagamaan dan ilmu- ilmu pengetahuan umum. Ide itu muncul ketika Syekh Asnawi menyaksikan proses belajar-mengajar serta hasil yang dicapainya dari Madrasah “Jami’atul Khair” jakarta dan di “al-Muawwanah” Cianjur ketika Syekh Asnawi diasingkan di kedua daerah tersebut.

Dalam hal perencanaan pembuatan lembaga Pendidikan Syekh Asnawi menilai sistem pendidikan Madrasah mempunyai kelebihan dalam hal-hal tertentu dibandingkan dengan sistem pendidikan yang dibangun oleh pemerintah Belanda maupun Pesantren. Dalam pengorganisasian dalam sistem pola pendidikan di pesantren kurang terorganisasi dengan baik, karena dalam pola dan sistem belajarnya tidak ada yang dinamakan sistem berkelas, tidak ada kurikulum tertentu yang dapat memproyeksikan hasil apa yang akan didapat serta diraih selama belajar, dan tidak ada batasan-batasan pelajaran serta pelajaran apa saja yang harus dipelajari selama atau dalam masa tertentu. Begitu pula kehidupan di pesantren, eksistensi para santri maupun masyarakat dilingkungan pesantren masih bergantung kepada figur Kiyai. Dikarenakan dalam kehidupan pesantren, kiyai merupakan elemen penting dan paling esensial. Lain dari pada itu, jika seorang kiyai yang memimpin pondok pesantren meninggal dunia maka, para keturunannya tidak bisa meneruskannya. Walaupun bisa melanjutkan kepimimpinan pesantren oleh keturunannya namun, biasanya reputasi pesantren tersebut mengalami penurunan. Begitu pula, dengan yang terjadi di pesantren yang didirikan oleh Syekh Asnawi. Dimana dalam masa kegiatannya pernah mengalaimi kevakuman disebabkan ditahannya Syekh Asnawi oleh pemerintah Hindia Belanda.

Proses pembelajaran di Madrasah dalam menjalankan sistem kegiatan belajar mengajar setiap harinya tidak bertumpu kepada satu orang guru saja, karena sudah adanya pengorganisasian atau jadwal mengajar dengan waktu yang telah ditentukan. Dengan sistem pendidikan Madrasah dapat menggabungkan antara pendidikan keagamaan dan pendidikan umum. Sebelum menjalankan ide-ide pemikirannya itu, Syekh Asnawi terlebih dahulu memahami dan mempertimbangkan apa yang dia lihat secara langsung sistem pendidikan di Madrasah “ Jamiatul Khair” dan Madrasah “al-Muawwanah” ketika ia masih dalam masa tahanan di kedua daerah tersebut. Maka untuk mewujudkan ide-ide pendidikannya itu, ia memerintahkan kepada kedua cucu dan mantunya yaitu: K.H. Syakirin (Mantu), K. Tb. A. Maemun dan K. Tb. A. Muslih keduanya lulusan Madrasah Jam’iyatul Khair dan al-Muawwanah, untuk membangun sebuah lembaga pendidikan Islam yaitu sebuah Madrasah yang bertujuan untuk menampung para santri dan para generasi muda bangsa. Maka pada tanggal 12 Mei 1930 berdirilah sebuah Madrasah yang diberi nama Madrasah “Masyariqul Anwar”.

Setelah masa tahanannya berakhir Syekh Asnawi pun kembali ke Caringin yang sudah ramai dipenuhi para santri dari berbagai daerah pada tahun 1931. Ia pun mulai mengajarkan kembali pendidikan di Madrasah, di Madrasah selain memberikan pendidikan agama, ada juga pendidikan umum serta merupakan tempat memupuk para pemuda Islam yang militan bagi kader penerus cita-cita perjuangan Bangsa. Sesuai dengan tujuan dan arahan Syekh Asnawi bahwasanya program pelajaran diseluruh jenjang pendidika Masyariqul Anwar menggabungkan mata pelajaran Agama dan Umum dengan hampir 70% pelajaran Agama dan 30% pelajaran Umum. Kesemuanya ini bahasa pengantarnya menggunakan bahasa Arab. Pelajaran Umum yang terdiri dari mata pelajaran: Jugrofiyah (Geografi), Hisab (Berhitung), Riyadhotul Badaniyah (Olah Raga), Malaziyah ( Bahasa Indonesia), Aljabar, Handasah (Ilmu Ukur), Istigholul Yadawiyah (kerajinan Tangan), Al- Lughotul Injliziyah (Bahasa Inggris)

Setelah semuanya berjalan dengan baik, Madrasah Masyariqul Anwar pun terus meningkatkan kualitas pendidikannya dan berkembang dari masa ke masa. Atas desakan para kepala Madrasah Ibtidaiyah yang berada disemua cabang untuk membentuk sekolah Madrasah Tsanawiyah Masyariqul Anwar pusat, yaitu untuk menampung para lulusan Madrasah Ibtidaiyah. Sehingga pada tanggal 09 April 1952 dibentuklah lembaga Madrasah Tsanawiyah Masyariqul Anwar pusat yang dipimpin oleh K.H. Tb. A. Mursyid Asnawi.

Seiring dengan perkembangannya pada saat itu, dengan kebutuhan guru diberbagai jenjang Madrasah, khususnya di Madrasah tingkat Ibtidaiyah, maka Masyariqul Anwar pun membentuk sebuah lembaga sekolah pendidikan guru Agama (PGA), pada tanggal 22 April 1955. Yang dipimpin oleh K.H.Tb. Moh. Syuaib, sehingga Caringin pun semakin dibanjiri oleh para santri dari berbagai daerah.

Untuk mengkordinir dan mempersatukan cabang-cabang Madrasah, maka pada tanggal 22 April 1955 dibentuk sebuah Yayasan Pendidikan Islam Masyariqul Anwar, yang diketuai oleh K.H.Tb. Emed Ahmad Hadi. maka silaturahmi antar cabang bisa lebih dekat dan bisa saling tukar menukar informasi serta bisa menjalin hubungan silaturahmi denga baik.

Pada tahun 1962 dimana ketua yayasan sudah tidak sanggup lagi untuk memimpin dikarenakan telah udzur, maka digantikan oleh K.H.Tb. Maemun Hasni. Maka pada awal tahun 1963 ia meningkatkan status Yayasan ke tingkat Pengurus Besar Masyariqul Anwar.

Pada tahun 1966 pengurus besar Masyariqul Anwar Pusat, membentuk Lembaga Pendidikan Madrasah Aliyah Masyariqul Anwar. Kepala Madrasahnya dipercayakan kepada K.H.R. Ahmad Syaukatudin Inayah. Maka, pada tanggal 19 Agustus 1975 Masyariqul Anwar disahkan menjadi sebuah perkumpulan oleh Mentri Kehakiman Republik Indonesia melalui daftar keputusannya Nomor : Ya. 5/289/10.

Namun, sejak berdirinya pemerintahan Orde Baru dan sejak terbitnya surat keputusan Tiga Menteri pada tahun 1975, Kurikulum yang ditetapkan oleh Yayasan diadakan perubahan dan harus disesuaikan dengan arahan Kurikukulm Departemen Agama.

Surat Kepuutusan Tiga Menteri tersebut antara lain :

  1. Keputusan Menteri Agama : No. 6 Th 1975
  2. Keputusan MENDAGRI : No. 37 /U/ 1975
  3. Keputusan MENDIKBUD : No. 36 Th. 1975

Setelah adanya keputusan tiga Menteri akhirnya kurikulum Madrasahpun mengikuti Kurikulum yang telah ditetapkan Departemen agama, sehingga dengan adanya pelajaran-pelajaran di Madrasah harus disesuaikan dengan Kurikulum yang ada di sekolah-sekolah Negeri. Namun, pelajaran agama masih tetap dipelajari di Madrasah Masyariqul Anwar baik ditingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) maupun ditingkat Madrasah Aliyah (MA). Sehingga itu menjadi ciri khas lembaga Pendidikan Islam Madrasah Masyariqul Anwar yang dipertahankan dari dulu sampai sekarang.

Komentari Tulisan Ini
Halaman Lainnya
Profil Madrasah

Nama Madrasah: MTsS Masyariqul Anwar Caringin Nama Kepala Madrasah: Aaf Afiah, S.Pd.I

11/07/2025 21:45 - Oleh Administrator - Dilihat 28 kali
VISI, MISI DAN TUJUAN MTs MASYARIQUL ANWAR CARINGIN

VISI: Terwujudnya madrasah unggul dalam prestasi dan Akhlaqul Karimah dengan landasan diniyah wal ‘arobiyah. MISI: Membangun budaya madrasah yang islami dan berakhlaqul karimah M

24/06/2021 10:18 - Oleh Administrator - Dilihat 469 kali